Kiat Pemasaran UMKM Juara by MarkPlus Institute
Kamis, 26 Nopember 2015, kami ikut seminar UKM juara yang diadakan
Markplus dengan kerjasama BRI bertempat di RRI Bandung jalan Diponegoro.
Seminar bertarif 250 ribu ini menghadirkan bintang tamu bos randol-raja cendol (Dhanu Sofwan) dan bos C59(Mas Wid). Satu figure sukses pengusaha pemula, satu lagi pengusaha senior.
Acara ini agak unik, meski namanya seminar, tapi tak ada moderator di depan,
hanya sesekali pembawa acara datang dan pergi untuk menyampaikan rn down acara.
Selebihnya materi disampaikan secara talkshow oleh 2 orang tsb dan sekali oleh
kabag UKM BRI Bandung-pak Bagyo yang menyampaikan penyuluhan dengan kocak namun
tetap fokus. Tampaknya 3 orang ini memang jago ngomong di panggung.
Setengah acara dibawakan oleh bos Randol yg baru berumur 28
tahun. Awal bisnis nya dimulai saat bapaknya meninggal, keluarganya tidak punya apa2,
uang kerohiman dipakai modal usaha sepatu online, ujungnya ditipu orang. Dinana saat
beli sedikit, ok. Ketika beli banyak, orang tersebut menghilang. Bangkrut bahkan sempat jadi
buruh gali pasir di Cianjur. Lalu dia tiap punya uang ditemplokin ke sesuatu
misal ijin HAKI, lalu cari uang lagi, buat bikin gerobak, sampai akhirnya
terbentuk dan dia bisa mewaralabakan 600 outlet x 9 juta = 5.4 milyar, tiap hari
laku 10 ribu cup x 5 ribu x 30 hari atau 1,5 m sebulan. Setahun 23.4 milyar Rupiah. Besar sekali untuk ukuran UKM usia 2 tahun, prinsip nya dia bikin bisnis yang
bertumbuh dan dampaknya terasa signifikan. Observasinya dia ke 5 kota penghasil
cendol terkemuka di Indonesia, berbekal uang 350 ribu, numpang truk. Luar biasa.
From zero to hero. Dia juga tahu bahwa bisnis makanan minuman ini ada masanya,
maka dia siapkan produk berikutnya yaitu ropang alias roti panggang untuk musim
hujan.
Berikutnya mas Wied, bos C-59 yang juga berusia 59 tahun
saat ini. Senior per kaos an yg memulai bisnisnya tahun 1980-35 tahun lalu.
Bakatnya mulai ketika sekolah di SMAK Aloysius Bandung dimana bikin kaos
contekan rumus dan sempat diskors seminggu. Kemudian dia aktif di komunitas
Harley dan menyediakan kaos buat clubnya. Dia manfaatkan komunitas dan event
yang ada. Awalnya dia buka di gang caladi dimana tidak satupun bank yg mau
kasih pinjam ke orang miskin spti dia waktu itu. Tahun 1998 jatuh, seiring
Indonesia. Tahun 2002 kembali jatuh saat bom Bali, produk c59 saat itu ada tulisan
made in Indonesia saking cintanya dia ke Indonesia, cabangnya yg di eropa semua
tutup karena tidak laku. Akhirnya dia tarik semua dan diganti tulisannya
menjadi made on the earth, dan laku. Dan menjadi pengusaha harus siap 24 jam,
kalau ada konsumen minta ketemu jam 11 malam, layani. Dengan menyiapkan mental
ini, badan akan lebih siap dan fit. Untuk kekaryawanan dia akan memelihara
karyawan yang baik dan loyal, bahkan saat karyawan baik ini sudah jenuh pengen
usaha sendiri, dia tetap ikat dengan merangkulnya menjadi mitra. Sedangkan
karyawan yang culas, curang, suka mabuk, judi dia tendang. Demikian juga dengan
pengusaha kecil yang butuh kain 10 kg, karena pabrik kain maunya dalam rol maka
dia beli 10 rol, sebagian besar buat pabrik dan 10 kg buat mitra tersebut. Jika di pasaran kain
tsb 80 ribu maka dia jual 75 ribu, yang sebenarnya hanya 62. Dia untung 13
ribu, pengusaha kecil tersebut merasa senang karena dapat lebih murah 5 ribu/kg dari
toko. Win-win. Salah satu strategi adalah dia tinggal red ocean-jual kaos murah di
cihampelas, pindah ke yang lebih spesifik. Di pabriknya 99,99% karyawannya
muslim dan dia sendiri yang katolik, dia fasilitasi karyawannya buat umroh dan
haji. Kemudian dia tawarkan semua peserta untuk datang ke pabriknya, yang punya
konveksi, bisa kirimkan tukang jahitnya
yang mungkin pemalas dan kurang terampil untuk belajar sambil bekerja di sana,
untuk mensinkronkan kemampuan. Demikian juga pengusaha sepatu HDR-HardRain,
bisa menambah kapasitas sepatu dan menaruhnya di outlet c59 dengan tambahan
tulisan powered by c59. Dia tetap ingin link. Memang bapak ini sungguh luar
biasa-pengalaman, dia sempat senggol raja cendol, ini kaos ku, mana cendolmu ?.
Kalau promosi bawa dong sampel, mana cendolmu ?. Lugas dan menarik.
Catatan dari mas Wid
Kegagalan UKM disebabkan oleh : 45% Karen akurang paham
teknis dasar pemasaran (kompetensi), 35% lemah kemampuan manajemen (control),
20% terbatas sumber dana (capital)
Penyakit UKM :
1.
Muntah, menjual mentah, gak tuntas, apa adanya
2.
Kurap, kurang pengalaman
3.
Kudis, kurang disiplin alias tak mau belajar
4.
Kutil, kurang terampil
5.
Batuk, barang tunggal dan ketinggalan zaman
6.
Mencret,
menjual ceroboh dan teledor
7.
Campak, campuran keuangan usaha dan keluarga
8.
Kanker, kantong kering atau kurang modal
Program perbaikan hidup UKM
1.
Cerdik dan cepat dalam marketing, datangi
konsumen
2.
Ceria akuntansi dan keuangan, pakai duit profit
untuk jalan jalan untuk dapat ide
3.
Cermat legalitas ijin usaha, NPWP agar bisa ikut
tender proyek yang lebih besar
4.
Cakap, pelatihan sumber daya manusia. Pelatihan
gratis dipabriknya untuk karyawan UKM yang mau meningkatkan kapasitasnya.
Hal yang sering dilupakan adalah membangun brand dan rawat.
Dia ikut kelompok terjun paying, Harley, lihat event dan ikut pameran, beri
tema bandros bajihur colenak. Buat bisnis tak bisa disambi kuliah, cepat lulus,
mending uang orang tua buat modal usaha.
Siapkan stok karyawan terampil dari anak magang yang benar2
mau cari duit dan duplikasi buat cadangan. Untuk yang buruk, tidak jujur,
maling pecat. Yang baik pertahankan kalau perlu ikat.
Kalau ada acara lagi semacam ini, pengen rasanya ikut
kembali. Mencerahkan. Dan lebih penting tentunya action sebagai pengusaha.
Mengenai acaranya (penataan, konsumsi, dl) sendiri bagus, terlihat kelasnya
Markplus. Silent but smooth.
Komentar
Posting Komentar